Libertarianism

No Comments
Kursi, Pexel, OVAN

Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar kata libertarianisme? Kebebasan, kemerdekaan, kompetisi, individualism, atau kapitalisme? Haram? Atau Anda tidak tahu kata apa libertarianisme itu.

Di Amerika Serikat, libertarianisme merupakan gagasan yang kurang populer dan kerap disalahpahami, baik oleh kalangan konservatif di sayap kanan, maupun kelompok sosialis di sayap kiri. Bagi kalangan konservatif, libertarianisme dipahami sebagai gagasan yang mendewakan kebebasan individu hingga tidak terbatas. Sedangkan bagi kelompok liberal kiri, libertariansime dipandang sebagai sebuah gagasan yang mendorong eksploitasi kelompok miskin dan pekerja secara membabi buta demi menguntungkan kalangan atas.
Jason Brennan, dalam buku “Libertarianism: What’s Everyone Needs to Know” menjelaskan beberapa pertanyaan inti yang kerap diajukan seputar gagasan libertarianisme ini :

"Apa itu Libertarianisme?"

Seorang libertarian percaya bahwa pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak individu merupakan elemen dasar untuk mencapai sebuah keadilan. Libertarianisme mendorong masyarakat bebas yang didasari pada kerja sama, toleransi, dan rasa saling menghormati.

Ada beberapa nilai yang dijunjung tinggi oleh libertarianisme, diantaranya toleransi, kebebasan, kesukarelaan (voluntarisme), dan perdamaian.

Libertarianisme mendorong toleransi radikal dimana setiap individu diminta untuk memikirkan kehidupannya masing-masing. Mungkin ada dari sebagian dari kita yang memilih gaya hidup konvensional seperti masyarakat pada umumnya, tetapi mungkin ada sebagian lain yang memilih gaya hidup alternatif yang kerap dipandang aneh, lebih rendah, dan bahkan merusak untuk beberapa "orang konvensional."

Namun, sekali lagi, tidak ada seorangpun yang boleh dipaksa untuk hidup dengan mengikuti visi siapapun mengenai kehidupan yang baik, bahkan meskipun visi tersebut dianut oleh kelompok mayoritas.
 
Libertarianisme mendorong kebebasan secara radikal, dimana setiap individu diberi pengakuan behwa mereka memiliki hak untuk mengatur kehidupannya masing–masing. Kebebasan yang dimiliki oleh seorang individu hanya dibatasi apabila telah melanggar hak orang lain. Kita tidak membutuhkan justifikasi dari orang lain atau masyarakat untuk membuat keputusan bagi diri kita sendiri.

Kesukarelaan atau voluntarisme juga merupakan nilai yang dijunjung tinggi oleh seorang libertarianisme. Libertarianisme mengadvokasi bahwa setiap interaksi antar individu harus berdasarkan kesukarelaan dan bukan paksaan dari pihak manapun. Siapapun tidak memiliki hak untuk memaksa orang lain melakukan sesuatu di luar dari keinginannya.

Perdamaian juga merupakan nilai utama bagi seorang libertarianisme. Banyak dari kita yang berpandangan bahwa pemerintah harus memperlakukan warga negaranya secara baik dan adil, namun menutup mata atas perlakuan terhadap penduduk asing di belahan dunia lainnya. Libertarianisme memberi pengakuan bahwa siapapun, terlepas dari kewarganegaraan dan tempat lahirnya, memiliki hak dan kebebasan yang wajib dihormati dan dilindungi.
Tidak boleh ada negara yang mengorbankan warga negara lainnya hanya demi meraih keuntungan politik dan ekonomi. Oleh karena itu, libertarianisme berpandangan bahwa segala bentuk penaklukan dan penjajahan tidak bisa dijustifikasi dengan alasan apapun. Pemerintah hanya berhak menyatakan perang bila untuk membela diri dari serangan negara lain.

"Bagaimana Libertarian Mendefinisikan Kebebasan?"

Pada umunya, terdapat dua pandangan mengenai definisi kebebasan yang dipakai oleh orang-orang mayoritas (bukan libertarian). Pertama, apa yang disebut dengan kebebasan negatif (negative liberty) dan yang kedua adalah kebebasan positif (positive liberty). Kebebasan negatif kerap didefinisikan dengan ketiadaan hambatan, rintangan, atau paksaan dari pihak lain untuk melakukan suatu hal. Sebaliknya, kebebasan positif dipahami sebagai hadirnya kemampuan dan kapasitas seseorang dalam melakukan hal yang ia inginkan.


Cukup rumit untuk dipahami? Oke, Ini penjelasan "termudah"-nya:

Kebebasan berpendapat misalnya, dalam pandangan kebebasan negatif ditandai dengan hilangnya hambatan dan rintangan bagi seseorang, baik dari negara maupun institusi lainnya, untuk mengeluarkan pandangan dan pemikirannya.
Sebaliknya, dalam pandangan kebebasan positif, kebebasan berbicara baru diakui apabila seseorang tersebut memang memiliki sumber daya dan kapabilitas untuk melakukan kebebasan yang ia miliki dan berpikir berbeda. Misalnya, ia memiliki alat tulis atau komputer sebagai sarana untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya, atau ketika ia mendapatkan pendidikan tertentu untuk membangun kapabilitas berfikirnya. Bila seseorang tidak memiliki kapabilitas untuk menjalankan kebebasan yang dimilikinya, maka ia sama saja dianggap tidak memiliki kebebasan sebagaimana yang dimaksud. Begitu bukan masyarakat kita mendefinisikan sebuah kebebasan?

Nah, sebagian besar kalangan libertarian menolak gagasan kebebasan positif dan menjunjung tinggi kebebasan negatif. Libertarianisme tidak menolak gagasan bahwa kemampuan seseorang untuk menggapai keinginannya merupakan sesuatu yang penting. Tetapi, apabila kebebasan positif dituntut untuk hadir secara absolut sebagaimana kebebasan negatif, maka secara otomatis akan melahirkan negara sosialis, dimana pemerintah mengelola seluruh kegiatan ekonomi demi meraih kemampuan untuk memenuhi kebebasan positif warga negaranya.

"Bagaimana Sikap Libertarian terhadap Negara?"

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, akan lebih baik bila kita jabarkan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan negara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia negara adalah sebuah 
organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.
Dengan dasar tersebut negara sekarang ini seperti kerap memaksakan aturan-aturan yang dibuat dengan cara-cara paksaan dan kekerasan. Contoh sederhananya yang baru-baru saja kita saksikan di televisi beberapa bulanyang lalu. Di suatu tempat di Indonesia ada seorang oknum aparat yang dengan semena-mena meminta ponsel seorang anak muda yang dianggapnya akan melakukan kejahatan. Karena si pemuda melawan maka sampailah sang oknum pada kesimpulan kalau orang-orang Indonesia ini dia bilang tidak banyak tahu tapi berlagak banyak tahu. Ya, meskipun akhirnya menurut beberapa pakar terkuak fakta kalau mereka sendiri yang menyalahi SOP penindakan di lapangan.

Inilah salah satu sebab utama mengapa libertarianisme mendukung adanya negara yang terbatas untuk melindungi hak individu dari agresi pihak lain dan menolak menggunakan institusi tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat, atau membuat seseorang mengubah perilakunya menjadi apa yang "dianggap" lebih baik.

Negara selalu akan menjadi institusi yang memonopoli kekerasan dan pemaksaan. Pemerintah yang koersif (paksaan) merupakan salah satu prinsip yang ditolak oleh libertarianisme.

Alasan pertama, negara tak ubahnya melakukan institusionalisasi kekerasan dan pemaksaan. Setiap penyelesaian masalah atau perubahan yang dilakukan pemerintah bisa dipastikan selalu melibatkan tindak kekerasan dan pemaksaan. Anda pasti sudah tak asing lagi dengan berita penggusuran di media elektronik. Itulah salah satu contohnya.

Alasan kedua, pejabat-pejabat publik kerap memiliki motivasi buruk untuk melakukan sesuatu. Tak jarang mereka lebih mengutamakan kepentingan diri atau kelompok daripada kepentingan masyarakat, atau lebih mudahnya kita singkat dengan kata "KORUPSI"

Oleh karena itu, peran pemerintah yang sangat terbatas merupakan sesuatu yang sangat dijunjung tinggi oleh libertarianisme. Dengan demikian, kemungkinan seorang politisi untuk menyalahgunakan kekuasaannya semakin kecil. Sebagaimana pernah dikatakan oleh sejarawan Inggris, Lord Acton:

A Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely.

Alasan ketiga, negara seringkali tidak kompeten dalam menangani masalah dan membuat suatu kebijakan. Salah satunya yang sering terjadi adalah pemerintah kerap tidak memperhatikan konsekuensi yang tidak terlihat (unintended consequences) dari kebijakan yang diambilnya.

Salah satu contoh, yang ditulis oleh Brennan, adalah kebijakan ekonomi terpusat yang kerap dilaksanakan di negara-negara komunis seperti Uni Soviet pada masa lalu, Kuba dan Korea Utara. Libertarian menolak kebijakan tersebut dengan alasan sederhana. Perencanaan terpusat, dalam hal ini negara, tidak akan mampu mendapatkan informasi yang cukup untuk membuat rancangan ekonomi yang efektif (untuk lebih jelasnya, bisa membaca esai F. A. Hayek, “The Use of Knowledge in Society”).

Dalam sistem ekonomi pasar, pengusaha mendapatkan informasi mengenai permintaan dan penawaran melalui harga. Apabila harga sebuah barang meningkat, maka secara rasional para pelaku usaha akan meningkatkan produksi barang tersebut. Dengan ketersediaan barang yang melimpah akan membuat harga kembali turun dan begitu pula sebaliknya. Dalam sistem ekonomi terpusat tidak ada yang dapat menggantikan peran harga sebagai sumber informasi mengenai apa yang harus dilakukan.

"Bagaimana Libertarian Memandang Kebebasan Sipil?"

Kebebasan sipil merupakan salah satu prinsip yang dijunjung tinggi oleh libertarianisme. Kebebasan sipil dalam pandangan libertarian merupakan hak setiap individu untuk terbebas dari pemaksaan dan intervensi siapapun dalam mengatur hidupnya masing-masing.

Kebebasan sipil dalam pandangan libertarian ini mencakup hak kebebasan berbicara, hak kebebasan berkumpul, hak kebebasan beragama, hak kebebasan berpikir, hak kebebasan berasosiasi, hak atas tubuh, hak kebebasan untuk memilih gaya hidup, hak untuk protes, dan hak untuk keluar dari negara asal/mengganti kewarganegaraan.

Selain itu, libertarianisme menuntut adanya penegakan hukum yang sesuai dengan prosedur-prosedur yang sesuai dan adil, seperti hak untuk terbebas dari razia bila tidak ada ketetapan dari pengadilan, hak seseorang untuk mengetahui tuduhan yang dikenakan kepadanya, hak mendapat peradilan yang cepat dan terbuka, hak pengakuan praduga tak bersalah, hak untuk membela diri di pengadilan, serta hak untuk bebas apabila tuduhan yang dikenakan terbukti tidak benar, atau ketika proses penyelidikan dan penyidikan diketahui telah  melanggar hak-hak dasar yang disebutkan di atas.

Libertarianisme menuntut dihapuskannya segala praktik diskriminasi yang dilakukan oleh negara terhadap warga negaranya, baik diskriminasi berdasarkan suku, ras, agama, pandangan politik, jenis kelamin, identitas gender, orientasi seksual, dan identitas-identitas lainnya. Libertarianisme juga mendukung kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, serta menjunjung tinggi hak reproduksi bagi kaum perempuan, diantaranya hak untuk tidak memiliki anak (child free) dan hak mendapat akses terhadap sarana kontrasepsi.

Oleh karena libertarianisme menjunjung tinggi kebebasan berpikir dan berbicara. Sensor pemerintah secara mutlak adalah hal yang sangat ditentang oleh kaum-kaum ini, baik sensor terhadap konten pornografi, film, musik, buku, media cetak dan elektronik, iklan, website, serta seluruh pandangan dan ekspresi yang dianggap bertentangan dengan norma sosial atau mengganggu stabilitas masyarakat. Tidak boleh ada seorang pun yang dipaksa untuk mengikuti pandangan tertentu yang tidak sesuai dengan pemikirannya, atau dihukum hanya dikarenakan ia meyakini gagasan yang dianggap tidak populer dan tercela oleh mayoritas masyarakat.

Filsuf Inggris John Stuart Mill mengatakan bahwa kebebasan berpikir dan berbicara merupakan pra-kondisi adanya kemajuan sains dan teknologi, perkembangan karya seni dan budaya, perdamaian, serta rasa saling menghormati dan pengertian antar sesama individu. Dengan adanya kompetisi dan persaingan ide-ide secara bebas, diharapkan gagasan terbaiklah yang akan menang dan dapat membawa masyarakat menjadi lebih maju dan berkembang. Kebebasan berbicara hanya bisa dibatasi apabila hal tersebut terbukti menimbulkan kerusakan fisik dan kerugian material terhadap orang lain (untuk penjelasan selanjutnya mengenai hal tersebut, Anda bisa membaca buku John Stuart Mill “On Liberty”).

"Bagaimana Libertarian Memandang Kebebasan Ekonomi?"

Liberatarianisme mengakui bahwa setiap individu memiliki hak untuk menentukan urusan keuangan dan menggunakan properti yang dimilikinya sesuai dengan keinginannya masing-masing. Sebagimana kebebasan sipil seperti kebebasan beragama dan berbicara yang menuntut adanya perlindungan yang menyeluruh terhadap hak-hak tersebut, kebebasan ekonomi juga harus diikuti dengan perlindungan yang menyeluruh terhadap setiap individu untuk melakukan aktivitas ekonominya secara independen.


Setiap individu memiliki hak untuk menentukan apa yang mereka makan, minum, pakai, buku yang dibaca, musik, film, dan hiburan yang dinikmati, dan sebagainya. Masing-masing dari kita memiliki kebebasan untuk bertukar barang dan jasa, menandatangani kontrak dengan siapapun yang diinginkan, serta menerima atau keluar dari profesi apapun.

Seorang libertarian percaya bahwa kebebasan ekonomi merupakan salah satu bagian dari hak asasi manusia yang paling dasar, sebagaimana kebebasan beragama, berbicara, dan berkumpul. Kebebasan seseorang untuk membuat keputusan ekonomi bagi dirinya sendiri merupakan salah satu bagian kemerdekaan individu untuk mengatur hidupnya masing-masing.

Lantas, bagaimana dengan kelompok miskin? Bukankah mereka yang berada dalam tingkatan terbawah dalam starta sosial akan semakin tertekan dengan “doktrin” kebebasan ekonomi?
Kenyataannya, tidaklah demikian. Kebebasan ekonomi telah mendorong umat manusia untuk bekerja sama dengan jumlah yang sangat besar dan telah mengangkat jutaan umat manusia dari jurang kemiskinan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) misalnya, meyatakan bahwa penghasilan rata-rata penduduk dunia telah meningkat 30 kali lipat saat ini daripada tahun 1880-an (untuk lebih lengkap mengenai hal tersebut, bisa dilihat di buku karya Johan Norberg, “In Defense of Global Capitalism”).

Selain itu kesalahpahaman yang kerap terjadi dalam memahami libertarianisme adalah gagasan ini dipandang bertujuan untuk melindungi para pebisnis besar. Anggapan ini sama sekali keliru. Libertarianisme sangat menentang peran pemerintah dalam memberi subsidi, keistimewaan, monopoli, proteksi, dan kontrak-kontrak spesial yang dinikmati oleh banyak perusahaan besar.

Libertarianisme mendukung persaingan bebas. Satu-satunya cara agar perusahaan-perusahaan besar tersebut tetap bertahan adalah apabila mereka dapat memberi kepuasan kepada konsumennya. Bisnis yang gagal dalam melakukan hal tersebut akan dihukum oleh pasar dengan ditinggalkan oleh para konsumennya. Di Indonesia sendiri, salah satu contoh yang paling jelas adalah ketika taksi-taksi konvensional mulai ditinggalkan oleh konseumennya dan digantikan oleh sarana transportasi berbasis internet.

Itulah 5 pertanyaan umum yang paling sering menjadi perbincangan di antara orang-orang di luar libertarian, semoga sedikit menjawab pertanyaan-pertanyaan serupa. Libertarianisme pada dasarnya merupakan gagasan yang menginginkan kebebasan bagi setiap individu untuk menjalankan hidupnya masing-masing serta saling bekerja sama dan berinteraksi dalam bingkai kesukarelaan tanpa disertai pemaksaan. Saat ini paham libertarian sendiri sudah mulai banyak bermunculan di kalangan anak-anak muda milenial. Entah disadari atau tidak, sebagian besar dari kelompok anak muda pada masa kini adalah seorang libertarian.

- G. A.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments

Posting Komentar